Dampak penerapan protokol kesehatan ketat oleh pemerintah, diprediksi membuat harga paket tour dan travel 2021 naik oleh Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Jambi.
Kenaikan harga paket tour dan travel 2021 dipicu dengan keterbatasan kapasitas atau daya tampung pelancong. Misalnya, keterisian di kamar hotel yang jumlahnya dibatasi atau tingkat kapasitas penumpang kendaraan yang juga dibatasi, sehingga pelancong membutuhkan biaya lebih besar.
“Pelaku usaha tour dan travel setuju dengan segala aturan protokol kesehatan dalam berwisata, namun efeknya pasti ada, terutama kenaikan harga paket tour dan travel,” jelas Ade Dewi selaku Ketua ASITA Jambi.
Saat ini, permintaan pasar akan paket wisata sendiri sudah mulai terlihat dengan kenaikan harga sekitar 20 persen di masa awal pandemi. Ade Dewi juga menjelaskan, jika setiap daerah memiliki aturan sendiri mengenai ketersediaan protokol kesehatan.
“Biasanya begitu, ada aturan daerah masing-masing, missal mereka menerapkan rapid sebelum masuk wilayah mereka. Kalau ada aturan seperti ini tentu menambah biaya lagi, ini juga yang menyebabkan kita susah jual paket wisata,” tambahnya seperti dikutip Antara.
Sekedar informasi saja, sejak Kemenparekraf mengumumkan telah memberi izin keramaian di masa pandemi, destinasi pariwisata di Indonesia mewajibkan harus memiliki sertifikasi CHSE atau penerapan protokol kesehatan berbasis Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability.
Di sisi lain, ASITA Yogyakarta mencatat jika pemesanan paket wisata di Yogyakarta mencapai titik terendah pada awal masa pandemi. Hal ini diakibatkan oleh pembatalan wisatawan sejak muncul wabah virus COVID-19 di Tanah Air.