Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) telah menetapkan arsip pidato Soekarno ketika Sidang Umum PBB tahun 1960 menjadi warisan dunia, atau tepatnya sebagai Memory of the World (MoW) atau Memori Kolektif Dunia.
Penetapan pidato Soekarno jadi warisan dunia Memory of the World (MoW) atau Memori Kolektif Dunia, dilakukan oleh PBB berdasarkan keputusan sidang pleno Executive Board UNESCO pada Mei 2023 lalu.
Dewan Pakar Indonesia untuk Memory of the World UNESCO ini menambahkan arsip pidato Presiden pertama RI tersebut yang berjudul “To Build the World Anew”. Dengan begitu, lanjutnya, kini sudah ada tiga arsip penting yang disebut sebagai Tiga Tinta Emas Abad 20 yang telah ditetapkan sebagai MoW.
Adapun ketiga arsip ini, terdiri dari Arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955, arsip Gerakan Non-Blok Pertama di Beograd 1961, serta arsip pidato Presiden pertama RI Soekarno di Sidang Umum PBB pada 1960.
Tiga Tinta Emas Abad 20 ini diajukan sebagai Memory of the World (WoW) atau Memori Kolektif Dunia melalui ANRI. Pihaknya menilai ketiga arsip tersebut adalah kapital simbolik bagi Indonesia untuk menempatkan diri dalam percaturan geopolitik pada saat ini dan di masa yang akan datang.
“Serta pengingat untuk ada dalam prinsip politik para pendiri bangsa yang bertujuan bagi kepentingan nasional Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat yang terlibat dalam perjuangan dunia,” ujar pernyataan Dewan Pakar Indonesia.
Nah, arsip pidato Presiden Soekarno yang telah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh PBB ini rupanya mengundang Duta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sekaligus Anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka menyampaikan rasa bangganya.
“Perjuangan penominasian Arsip GNB 1 dan Pidato Soekarno di PBB melalui perjalanan panjang kurang lebih 10 tahun dari tahun 2013 sampai disahkan oleh UNESCO pada Mei 2023,” ucap Rieke, sebagaimana dikutip Antara via Detik (27/7).
Pernyataan tersebut diucapkan oleh Rieke di sela penyerahan sertifikat Memory of the World (MoW) oleh UNESCO lewat Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk tiga aset bangsa yang disahkah jadi warisan dunia kepada ANRI.
Sementara itu, Rieke yang juga sebagai Dewan Pakar Indonesia untuk MoW UNESCO berharap tiga arsip Presiden Pertama RI ini menjadi memori yang menuntun gerak langkah rakyat Indonesia untuk menyatukan diri dalam keberagaman dan hidup dalam harmoni.
“Memori dokumenter adalah jendela dan lorong waktu ke masa lalu, untuk menjalani kekinian dan merancang masa depan. Sebuah khazanah pengetahuan, informasi, cerita, dan pengalaman yang mencerminkan perjalanan peradaban bangsa,” ungkapnya.