Mahasiswa Indonesia terus menciptakan inovasi-inovasi terbaru yang tak hanya unik namun juga bermanfaat. Kali ini, giliran mahasiswa ITB yang baru-baru ini menciptakan alat pendeteksi depresi lewat urine.
Mengapa stres hingga depresi bisa dideteksi lewat urine? Pasalnya, ketika seseorang mengalami stres atau menghadapi ancaman, tekanan hingga situasi yang baru, maka tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol.
Kondisi inilah yang membuat detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, pernapasan jadi lebih cepat serta otot menjadi lebih tegang. Selain itu ada perubahan konsentrasi pada beberapa zat dalam tubuh termasuk urine.
Hal inilah yang dimanfaatkan tim yang terdiri Maha Yudha Samawi (Biologi, 2019) dan beranggotakan Alifia Zahratul Ilmi (Teknik Biomedis, 2019) dan Gardin Muhammad Andika Saputra (Teknik Material, 2019) untuk membuat alat pendeteksi depresi lewat urine yang dinamakan Depression Test.
“Jadi kami memanfaatkan fase ini. Karena senyawa-senyawanya mengalami perubahan karakter spesifik kalau sudah dikasih sinyal. Dari sana, kami bisa mendeteksi orang yang mengikuti percobaan ini sudah sampai tahap depresi atau belum,” jelas Gardin, dilansir dari laman ITB.
Dikatakan, alat Depression Test ini memiliki akurasi di angka 90 persen,. Hasil alat ini dikalibrasi dengan tes BDI (Beck Depression Inventory) yang saat ini umum digunakan di kedokteran jiwa dan memaparkan 3 level penderita depresi yakni rendah, sedang, dan berat.
Ragam Kendala saat Membuat Alat Depression Test
Gardin, salah satu dari tim yang termasuk dalam kelompok Pekan Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta ini menceritakan bahwa proses pembuatan alat deteksi depresi yang dimulai saat pandemi. Dirinya mengatakan bahwa proses pembuatan ini tergolong lambat dan belum 100 persen selesai. Banyak kendala pula yang dialami.
Dari mulai saat proses perancangan, pandemi yang membuat mereka tak bisa menggunakan laboratorium hingga terhambat proses pengambilan data dan analisis, “Tapi dari proses ini kita bisa belajar lebih jauh tentang ke depannya sampai rasanya habis presentasi itu kaya kami habis selesai sidang,” cerita Gardin.
Lebih lanjut tim peneliti mahasiswa ITB ini berharap alat Depression test bisa digunakan di Indonesia.
“Kami berharap alat ini akan ada di setiap fasilitas kesehatan Indonesia. Jadi orang yang memiliki masalah mental jadi lebih mudah untuk mengatasi dan menanggulanginya sehingga orang tersebut tidak perlu melalui berbagai hal rumit yang menghambat kesembuhannya,” tegas Gardin.