Bagi masyarakat Indonesia, bisa dibilang sudah makan kalau melahap nasi. Beruntungnya, padi yang menghasilkan beras untuk dinanak menjadi nasi ini sangat melimpah di Tanah Air. Tapi ternyata baru-baru ini juga tersiar kabar bahwa pemerintah akan impor beras hingga akhir tahun 2023. Sebenarnya apa alasan Indonesia harus impor beras?
Padahal, berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA) yang dilansir Sampaijauh.com dari Katadata.co.id, Indonesia di 2022 jadi produsen beras terbesar ke-4 dunia dengan 34,6 juta metrik ton. Nggak hanya ke-4 di dunia, tapi Indonesia juga jadi jawara produsen beras di Asia Tenggara. Produksi beras dikatakan paling banyak berasal dari Jawa Barat (17%), Jawa Timur (17%), Jawa Tengah (14%), Sulawesi Selatan (6%), dan Sumatra Utara (5%).
Namun, hingga akhir tahun ini, ternyata Indonesia masih harus impor beras hingga 2 juta ton dari negara lain. Keputusan ini diketahui diambil dalam rapat internal Ketersediaan Bahan Pokok dan Persiapan Arus Mudik 1444 H yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Jakarta, Jumat (24/3/2023). Finalnya, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional menginstruksikan Perum Bulog untuk impor 2 juta ton beras dengan 500 ribu ton beras harus didatangkan secepatnya.
Menurut hasil rapat yang tertuang dalam salinan surat, alasan impor beras di tahun ini disebut guna rogram Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP), bantuan beras kepada sekitar 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dan kebutuhan lainnya.
“Pengadaan beras dari luar negeri tersebut agar tetap menjaga kepentingan produsen dalam negeri serta memperhatikan aspek akuntabilitas dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” lanjut isi salinan surat tersebut.
Lebih lanjut, Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso juga membenarkan instruksi impor beras 2 juta ton dari luar negeri tersebut. Namun pihak Bulog juga masih menanti izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) serta rekomendasi teknsi dari Kementerian Pertanian.
Ada Apa dengan Beras Dalam Negeri?
Saat ini petani diketahui tengah menikmati harga gabah yang tinggi, setelah biasanya tertekan saat panen raya. Namun tingginya harga gabah membuat Bulog kesulitan melakukan penyerapan beras domestk.
Padahal, Bulog ditargetkan menyerap beras petani domestik sebesar 2,4 juta ton, yang 1,2 juta di antaranya akan menjadi stok akhir tahun. Namun menurut Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, target ini sulit dicapai.
Bulog baru mampu menyerap sekitar 50 ribu ton dari hasil panen raya akibat perebutan gabah dengan penggilingan padi dan konsumsi rumah tangga. Selain itu, diketahui pada pekan lalu, cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada gudang Bulog hanya sekitar 220.000 ton.
Padahal di Maret hingga Mei 2023, pemeintah harus meyalurkna bantuan sosial (bansos) untuk 21,35 juta keluarga kurang mampu. Masing-masing keluarga akan mendapatkan beras 10 kg selama 3 bulan. Sehingga dibutuhkan sekitar 640 ribu ton beras untuk bansos.
“Kalau mengandalkan penyerapan/pengadaan dari dalam negeri mustahil beras sebesar itu bisa disediakan lewat mekanisme pembelian yang ada. Bapanas memang telah menaikkan harga pembelian pemerintah [HPP] untuk gabah kering panen (GKP) di petani jadi Rp5.000/kg dan beras di gudang Bulog Rp9.950/kg, tapi harga gabah dan beras di pasar masih lebih tinggi dari HPP,” tutur Khudori.
Terlebih, para petani juga masih menghadapi tantangan lain yaitu kondisi alam. Di mana tahun lalu Indonesia mengalami La-Nino. Yang dampaknya juga masih dirasakan hingga produksi beras pada Februari 2023 yang berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), menurun jadi 820.000 ton dari perkiraan sebelumnya yaitu 3,86 juta ton. Hal ini dikarenakan banjir dan gagal panen di sejumlah persawahan.
El-Nino juga diprediksi mungkin akan terjadi pada April mendatang, dan jika merujuk pada pengalaman, biasanya produksi akan turun. Faktor alam juga lah yang jadi pertimbangan pemerintah untuk lakukan impor beras.
Indonesia Bakal Impor Beras dari Mana?
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi menungkap, terkait impor beras 2 juta ton, Indonesia berencana akan mengambil dari 5 negara.
“Yang saya tahu itu ada India, Pakistan, ada Myanmar, Vietnam ada Thailand. 2 juta ton itu angka tidak mudah dipenuhi oleh suatu negara,” kata Arief dalam Konferensi Rembug Pangan di Jakarta, Senin (27/3/2023).
Lebih lanjut Arief juga mengatakan kalau keputusan impor ini merupakan hal yang sulit namun harus dilakukan demi pasokan beras aman. Namun ia juga berharap kedepannya harga beras di tingkat petani tetapterjaga dengan baik dan Bulog tetap mampu menyerap produksi beras dalam negeri.
Hmm, permasalahan yang pelik, ya, Sob. Di saat Bulog tak sanggup menyerap beras domestik karena harga gabah yang tinggi, namun di satu sisi juga menginginkan harga gabah terjaga dengan baik. Di sisi lainnya, ratusan juta masyarakat Indonesia juga perlu beras sebagai bahan pokok nasi. Hmm, kamu sendiri setuju dengan keputusan serta alasan impor beras yangs sudah dikemukakan pemerintah?