Nama Ajeng Tresna Dwi Wijayanti mungkin masih asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Namun, di dunia penerbangan, wanita hebat berusia 26 tahun ini cukup diperhitungkan. Pasalnya, ia tercatat sebagai pilot pesawat tempur wanita pertama di Indonesia.
Mengutip talkshow yang disiarkan melalui akun YouTube Plataran Indonesia bersama Kemenparekraf, Letnan Dua Pnb Ajeng Tresna Dwi Wijayanti tercatat telah mengukir prestasi di dunia penerbangan militer Indonesia, salah satunya menerbangkan pesawat tempur milik TNI AU dan dipercaya menerbangkan pesawat Kepresidenan Republik Indonesia di Skadron Udara 17 Halim Perdana Kusuma.
Minat Letnan Dua Pnb Ajeng terhadap dunia penerbangan sendiri muncul ketika ia terpilih menjadi anggota Paskibraka Nasional mewakili provinsi DKI Jakarta untuk mengibarkan bendera pusaka ‘Merah Putih’ HUT RI ke-66 di Istana Negara pada 2011.
“Saya memang lahir dari keluarga militer, ayah saya adalah seorang perwira TNI angkatan udara berpangkat Kolonel. Jadi, di tahun 2011 saya mewakili provinsi DKI Jakarta untuk berangkat mengibarkan bendera pusaka di Istana Negara tanggal 17 Agustus 2011,” ujar Letdu Ajeng saat memperkenalkan identitasnya kepada Plataran Indonesia.
Meski terlahir dari keluarga militer, wanita kelahiran Jakarta, 25 September 1995 ini dalam karirnya bisa dibilang tidak terlalu mulus. Ia sempat gagal saat pertama kali mendaftar sebagai Tentara Republik Indonesia angkatan darat pada 2013.
Satu tahun kemudian ia kembali mendaftar sebagai TNI, namun kali ini ia mendaftarkan diri sebagai anggota TNI angkatan udara. Hasilnya, ia berhasil masuk dunia militer dan mengikuti pendidikan selama 4 tahun.
Selama mengikuti pendidikan militer tersebut, ia ikut pendidikan bersama angkatan militer lainnya (darat dan laut) di kota Magelang selama 1 tahun, dilanjutkan pendidikan akademi AU 3 tahun di kota Yogyakarta.
Selain itu, ia juga menceritakan pengalamannya saat mengikuti pendidikan di akademi angkatan udara di Yogyakarta. Menurutnya, ia masuk tiga orang taruni dari delapan taruni kandidat lainnya yang lolos seleksi menjadi pilot wanita.
“Dua jadi penerbang skadron, dan satunya navigator. Dari situ saya dididik jadi penerbang organik TNI AU,” tambahnya.
Sebagai kaum muda pada umumnya yang ingin menikmati kebebasan, ia pernah merasakan tekanan akibat aturan-aturan yang diberlakukan di dunia militer. Namun, masalah itu dapat ia lewati waktu demi waktu.
“Saya punya background militer dari orang tua, selain itu saya ingin merasakan sendiri bagaimana sih kehidupan militer itu. Memang nggak enaknya itu kita terpaku peraturan. Tapi, setelah dijalani saya suka,” lanjutnya.
Sebelum menutup sesi wawancara tersebut, Letnan Du Pnb. Ajeng juga berpesan kepada generasi muda di Indonesia untuk menunjukkan keahlian masing-masing di bidangnya dan berharap wanita-wanita Indonesia berani menunjukkan kemampuannya.