Bagi kebanyakan warga Indonesia, mungkin hanya mengetahui hewan-hewan asli Indonesia itu hanya Badak Bercula Satu, Cendrawasih, Harimau Jawa, Orang Utan, Elang Bondol, Gajah Sumatera, Ular Jawa dan Lutung. Tapi tahukah Anda, jika tanah air kita ini memiliki anjing asli Indonesia yang hidup di pegunungan bernama Ajag (Dhole)?
Anjing dari keluarga “Cuon Alpinus” ini memiliki warna bulu coklat kemerahan. Dengan bagian bawah dagu, leher, hingga ujung perutnya berwarna putih, sedangkan untuk ekornya panjang dan berbulu tebal kehitaman.
Di Indonesia sendiri Ajag (Dhole) biasa beredar di wilayah pegunungan di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Jika di wilayah Jawa, biasanya anjing ini disebut sebagai Asu Kikik.
Jenis anjing Cuon Alpinus sendiri tersebar di beberapa negara Asia, mulai dari Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur. Di Eropa, biasanya jenis serupa seperti anjing Ajag ini berada di Russia.
Dalam kehidupannya, anjing Ajag hidup secara berkelompok dalam lima hingga dua belas ekor, tergantung lingkungannya. Anjing ini termasuk hewan pemburu dan dapat memangsa binatang seperti tikus, kelinci, kancil, babi hutan, kijang, dan rusa.
Menurut data yang dikutip oleh Greeners, anjing Ajag dikategorikan sebagai hewan langka yang berasal dari Indonesia. Tiap tahun, populasinya terus menurun bahkan masuk dalam daftar merah IUCN pada 2009 sebagai hewan terancam punah.
Keberadaan Ajag di Pulau Jawa sendiri kini berada di Taman Nasional Alas Purwo, Baluran, Gede Pangrango, Halimun Salak, dan Ujung Kulon. Untuk di Pulau Sumatera, hewan ini dilindungi di Taman Nasional Gunung Leuser dan Kerinci Seblat.
Pada akhir 2020 lalu, keberadaan beberapa koloni Ajag di Pulau Jawa terdeteksi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kelompok Ajag ini diduga telah memakan peliharaan warga seperti kambing dan anak sapi di Desa Ciangir dan Desa Cipondok.
Diprediksi, keberadaan Ajag di Indonesia hingga saat ini berjumlah 2.200 ekor. Menurunya populasi Ajag di Indonesia diakibatkan karena banyak masyarakat menganggap hewan ini merugikan warga.
Peneliti dari Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Yoga Pradana mengungkapkan jika Ajag sejauh ini lebih memilih berburu mangsa hidup seperti Rusa.
“Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, Ajag selalu ditemukan berburu mangsa hidup yaitu Rusa Timor. Kelompok Ajag akan memakan mangsa buruan yang sudah tertangkap secara bersama tanpa adanya kompetisi,” jelas Yoga Pradana seperti dikutip GNFI.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, anjing Ajag masuk ke dalam jenis satwa dilindungi.