Dalam sebuah video yang beredar seorang santri di Madura bernama Agus Humaidi berhasil menerbangkan miniatur pesawat yang mirip dengan aslinya. Karena video yang beredar tersebut viral, ia mendapatkan pesawat replika tersebut.
Agus Humaidi mengaku miniatur pesawat yang berhasil ia terbangkan merupakan hasil rancangannya sendiri. Karena video menerbangkan pesawatnya sempat viral, pria asal Desa Tlambah, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Termasuk diantaranya penghargaan oleh Bupati setempat.
Jika dilihat dengan sekilas, replika pesawat yang dirancang oleh Humaidi memang mirip dengan bentuk aslinya. Jadi ketika sedang berada di ketinggian, terlihat seperti pesawat sungguhan yang sedang mengudara.
Yang lebih menariknya lagi, ia merancang pesawat tersebut agar bisa diterbangkan dengan menggunakan dua alat, yakni, mesin dan remote control. Tentu merancang pesawat replika pun bukan hal mudah. Namun, ia berhasil menciptakannya secara otodidak dengan belajar berkat bantuan Facebook dan Google.
Awalnya Humaidi bergabung dengan grup Facebook yang berisikan informasi tentang membuat miniatur pesawat. Dari situ ia menyimak sambil belajar elektroniknya. Setelahnya, ia mencari tahu informasi lanjutannya dengan Google. Jadi, ia mempelajari membuat miniatur pesawat dari gabungan kedua platform tersebut.
Meskipun sempat tak lulus SD atau MI, ia memiliki tekad yang kuat dan semangat tinggi dalam belajar merancang pesawat replika. Akhirnya dalam kurun waktu 3 bulan, Humaidi mampu merampungkan pesawatnya hingga bisa diterbangkan.
Kini berkat video viralnya, ia mengaku kebanjiran pesanan dari sejumlah pihak yang meminta untuk membuat pesawat tiruan. Harga yang ditawarkan untuk satu pesawat pun beragam. Semuanya sesuai bentuk dan ukurannya.
Biasanya Humaidi membanderol satu harga pesawat sekitar Rp6 juta hingga Rp15 juta. Intinya semakin besar ukurannya, maka semakin mahal harga pesawat tersebut.
“Kalau pembuatannya tergantung dari yang pesan, kalau minta lebih cepat selesai lebih mahal. Untuk bahan dielektriknya, kalau yang manual yang biasa saja murah harganya Rp 6 juta. Kalau yang bagusan dikit harganya bisa lebih mahal lagi,” jelas Agus Humaidi.