Sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) Indonesia terus didorong oleh pemerintah dalam rangka upaya mendongkrak kinerja dan daya saing dalam proses produksi untuk bertransformasi ke arah digitalisasi. Industri kimia-farmasi ini akan ditingkatkan dalam hal digitalisasi.
Hal itu dilakukan guna menghasilkan berbagai produk dalam industri kimia-farmasi yang berkualitas dengan lebih efisien, seperti yang dikatakan oleh Direktur Jenderal IKFT Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhammad Khayam.
Khayam menyebutkan dalam acara Business Forum Expo 2020 Dubai, implementasi digitalisasi telah dilakukan oleh beberapa perusahaan di sektor IKTF berupa internet of things, artificial intelligence, cloud technology, nano technology, blockchain technology, dan telemedicine.
DIketahui, sektor IKFT akan diarahkan untuk segera mengadopsi teknologi industri 4.0 tanpa mengurangi tenaga kerja oleh pihak Kemenperin. Itu berarti, dalam proses produksi penggunaan teknologi yang akan didorong adalah yang dapat memecahkan bottleneck.
Kemampuan sektor IKFT dalam implementasi industri 4.0 ini menurutnya sudah lebih baik. Terlihat dark banyaknya partisipasi pada assessment program Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dari sektor IKTF.
Dalam menerapkan teknologi industri 4.0, kegiatan ini dilakukan untuk mengukur kesiapan perusahaan manufaktur di Indonesia.
Penghargaan dari hasil assessment INDI 4.0 diraih oleh delapan perusahaan sektor IKFT pada tahun 2020 dengan perolehan indeks di atas nilai 3.
Melansir dari katadata.co.id, skor 1-2 menunjukkan kesiapan awal implementasi industri 4.0 pada penilaian INDI 4.0. Sedangkan skor 2-3 menunjukkan kesiapan sedang, dan skor 4 menunjukkan mereka yang sudah menerapkan industri 4.0.
Perusahaan yang berasal dari sektor industri kimia di antaranya adalah PT Kaltim Parna Industri, PT Biggy Cemerlang dan PT Schott Igar Glass. Sementara perusahaan dari sektor industri farmasi di antaranya adalah PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.
Selanjutnya, perusahaan dalam sektor industri tekstil meliputi PT Globalindo Intimates, PT TI Matsuoka Winner Industry dan PT Asia Pacific Rayon. Sementara perusahaan yang mewakili sektor IKFT adalah PT Pupuk Kalimantan Timur selaku industri kimia, perusahaan yang menyabet kategori National Lighthouse Industry 4.0.
Sektor IKFT akan terus dipacu untuk siap memasuki revolusi industri 4.0. Hal itu sesuai dengan target dari kinerja yang telah ditetapkan oleh Kemenperin berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.
“Salah satu sasarannya adalah, jumlah perusahaan sektor IKFT dengan nilai INDI 4.0 lebih dari 3, bisa mencapai 16 perusahaan pada tahun 2021, dan sebanyak 21 perusahaan di tahun 2024,” kata Khayam.
Dalam mengakselerasi ke arah industri 4.0, dirinya mengaku optimistis terhadap sektor IKFT. Kemudian, industri farmasi dan industri alat kesehatan akan mendapatkan prioritas pengembangan industri 4.0 dari Kemenperin.
Sebesar 4,48%, sektor IKFT telah memberikan sumbangsihnya terhadap produk domestik bruto (PDB) ekonomi nasional pada tahun 2020.
Hal tersebut didorong oleh peran industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 9,39% yang mampu tumbuh di tengah hadangan pandemi Covid-19.
Melansir dari katadata.co.id, ekspor sektor IKFT juga mencapai US$ 33,99 miliar atau sekitar Rp 485 triliun pada tahun 2020. Investasi pada periode tersebut direalisasikan sebesar Rp 61,97 triliun yang didominasi oleh industri kimia dan bahan kimia. Tak hanya itu, tenaga kerja yang diserap oleh sektor tersebut mencapai 6,24 juta orang.