Sampah menjadi salah satu persoalan yang rutin dibahas pada setiap kesempatan. Saat ini semakin banyak sampah yang tidak bisa dikendalikan lagi. Melihat kondisi sampah saat ini, seorang pelajar SMP bernama Aeshnina Azzahra Aqilani tergerak untuk memanfaatkan sampah dengan baik, hingg disebut sebagai penggerak anti plastik dari Gresik.
Ya, Aeshnina merupakan seorang siswi pelajar SMP dari Gresik ini telah seringkali membahas isu lingkungan, seperti persoalan sampah. Melansir dari media Jerman yang bernama Die Zeit, baru-baru ini gadis yang akrab disapa Nina, berkesempatan untuk menjadi salah satu pembicara dalam acara Plastic Health Summit 2021 di Amsterdam, Belanda, pada 12 Oktober 2021.
Perlu diketahui, sejak kecil Nina sudah ditanamkan dan dididik oleh kedua orang tuanya mengenai nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Ia juga sudah sering diajak oleh orang tuanya untuk melihat sungai, memasuki hutan, hingga ke pantai. Dari sanalah ia bisa melihat berbagai persoalan lingkungan, seperti sampah dan sungai yang tercemar.
Putri ketiga dari pasangan aktivis lingkungan Prigi Arisandi dan Ndaru Setyorini ini sejak kecil telah terbiasa dididik untuk tidak membawa plastik sekali pakai. Nina pun selalu membawa kotak makanan dan minuman dari rumah.
Hingga di tahun 2019, Nina bertolak ke Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya untuk turut dalam aksi mengenai sampah plastik impor dari Amerika Serikat. Tidak lupa untuk Nina yang menuliskan sepucuk surat terlebih dahulu dan kemudian dikirimkan kepada empat kedutaan negara-negara yang mengekspor sampah ke Indonesia, di antaranya Amerika Serikat, Kanada, Jerman, dan Australia.
Sebelumnya, ia pernah memprotes salah satu perusahaan di dekat rumahnya yang mengimpor sampah yang menggunung ke beberapa negara. Sampah-sampah tersebut banyak yang mencemari lingkungan sekitar rumah Nina, hingga berjatuhan mengenai air sungai.
Setelah melihat peristiwa tersebut, Aeshnina sebagai penggerak anti plastik, merasa khawatir akan sampah-sampah yang akan merusak ekosistem sungai. Ia juga takut ekosistem ikan-ikan di sungai semakin menghilang akibat tercemar sampah plastik hingga memakan mikroplastik.
Kita ketahui bersama, jika mikroplastik berbentuk seperti plankton yang sulit dibedakan oleh ikan-ikan yang hidup di dalam sungai, sehingga dapat mengancam kehidupan hewan-hewan di sungai.
Melihat gambaran kondisi sungai yang diceritakan oleh Nina dalam suratnya, Ia pun menerima balasan dari sejumlah negara terkait. Dalam surat balasan dari ketiga negara terkait, seperti Jerman, Kanada, dan Australia menuliskan bahwa mereka tidak mengetahui bila kertas bekas ekspor terdapat sampah plastik. Oleh karena itu, ketiga negara tersebut sepakat untuk lebih memperketat dalam ekspor sampah.
Selain itu, Nina merupakan seorang pelajar yang cukup vokal mengenai sampah lingkungan. Oleh sebab itu, ia bersama teman-teman dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) bisa menciptakan sebuah kebijakan bebas penggunaan sampah plastik dalam lingkungan sekolahnya.
Dalam melakukan tindakan sosialnya ini, Nina tidak sendirian, ia dibantu oleh belasan teman-teman sekolahnya untuk membentuk sebuah komunitas peduli lingkungan yang difokuskan dalam penanganan sampah yang diberi nama Brigade Sampah. Hingga kini komunitas tersebut masih kerap aktif dalam menyuarakan penanganan sampah.