Vaksin Astrazeneca merupakan salah satu vaksin yang dipakai oleh Indonesia untuk mencegah penyebaran Covid-19. Ternyata selain Indra Rudiansyah, terdapat pula perempuan Indonesia yang turut bergabung dalam mengembangkan vaksin tersebut. Perempuan itu ialah Carina Citra Dewi Joe atau Carina Joe.
Perempuan yang akrab dipanggil Carina Joe ini tergabung dalam tim Jenner Institute yang dipimpin oleh Sarah Gilbert dalam uji klinis vaksin AstraZeneca.
Ia tergabung dalam tim yang mengembangkan proses manufaktur GMP Oxford atau vaksin AstraZeneca COVID-19 skala besar.
Carina merasa langsung mendapatkan tanggung jawab besar ketika ia mendapatkan proyek uji klinis vaksin Covid-19 karena ia tahu hal tersebut akan berpengaruh secara global.
Namun, dibalik itu semua ia merasa senang kerja keras mati-matiannya itu membuahkan hasil karena dengan adanya vaksin AstraZeneca tersebut banyak nyawa yang berhasil diselamatkan.
“Saya senang hasil kerja saya kelihatan hasilnya,” kata Carina dalam obrolan bersama dengan Desra pada Minggu (25/7/2021) melalui IG live @desrapercaya.
Berkecimpung dalam bidang bioteknologi
Sejak SMA ia mulai tertarik dengan bidang bioteknologi terutama tentang manipulasi genetika. Misalnya ketika mengubah warna kulit ikan, suatu hal yang bisa terjadi karena manipulasi genetika.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan master di Australia dan sempat menjadi peneliti di Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization, Melbourne Australia pada November 2012 hingga Agustus 2019.
Perusahaan itulahlah yang menawarkannya melanjutkan studi hingga meraih gelar PhD untuk di Oxford University untuk menunjang kariernya dalam bidang penelitian.
Menurutnya pengalaman di industri bioteknologi turut berpengaruh terhadap keterlibatannya dalam riset vaksin AstraZeneca untuk Covid-19 saat ini.
Keraguan soal pembuatan vaksin yang tergolong singkat
Ia menjelaskan, umumnya memang pembuatan vaksin membutuhkan waktu 10 tahun sedangkan vaksin yang ia teliti hanya memakan waktu 1,5 tahun saja. Hal ini akan menjadi janggal di masyarakat sehingga saat ada masyarakat yang takut vaksin, dapat ia maklumi.
Namun, di sisi lain, perlu adanya edukasi diri kepada masyarakat mengenai produksi vaksin dan manfaatnya di tengah pandemi.
“Produksi vaksin khususnya vaksin Covid-19 tetap dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku. Hanya saja, proses birokrasi dipercepat dan proses pembuatan dilaksanakan secara paralel,” ungkapnya.
Carina menambahkan karena dilakukan secara paralel dan alasan kedaruratan sehingga proses birokrasi yang cepat bisa terjadi dan pembuatan vaksin jauh lebih singkat.
“Kenapa bisa cepat, karena kita lakukan paralel. Sebelumnya step by step, rencanakan dulu baru apply funding, 2-3 tahun kemudian baru dapat, barulah clinical trial. Kalau (pandemi) ini emergency,” jelasnya.
Agar pandemi bisa cepat berakhir, ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk segera vaksin.
“Kita mau balik ke situasi semula, agar pandemi cepat berakhir, ayo vaksin segera,” ajaknya.