Imbas dari tensi geopolitik antara negara Rusia-Ukraina, beberapa komoditas sektor migas dan tambang harganya meroket naik. Tentunya hal ini bisa merugikan negara konsumen migas dan tambang.
Lantas, apa saja komoditas migas dan tambang yang harganya terpantau naik?
Gas alam
Diketahui, Rusia merupakan negara produsen gas alam terbesar bagi Eropa. Dan dengan imbas konflik Rusia dan Ukraina serta ketika negara-negara di dunia menjatuhkan sanksi kepada Rusia, ini bisa berakibat pada kenaikan harga komoditas gas alam.
Melamar di CNN Indonesia, harga gas alam dunia di awal pekan ini sebesar 1,22 persen yaitu sekarang dihargai US$5,08 per metric million british thermal unit (mmbtu). Padahal awal Februari lalu harganya masih berada di posisi US$4,16 per mmbtu.
Minyak bumi
Ya, komoditas yang satu ini juga mengalami kenaikan harga sejak perang Rusia-Ukraina. Diketahui, di awal pekan ini (7/3), harga minyak mentah Western Texas Intermediate (WTI) telah menembus harga US$126,28 per barel atau naik 9,16 persen. Padahal, harga minyak sebulan lalu masih bertengger di posisi US$89,66 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent menembus US$129,55 per barel dan berada di posisi tertinggi sejak 2014.
Nikel
Komoditas nikel yang kini sedang marak digunakan untuk bahan baku kendaran listrik juga mengalami lonjakan harga imbas konflik Rusia-Ukraina. Pada hari Selasa (8/3), harga nikel dunia menyentuh level US$100.000 per dry metric ton.
Harga nikel yang dipublikasi London Metal Exchange mengalami penguatan tajam mencapai US$101.350 per dry metric ton atau sekitar 110,80 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Batu bara
Untuk komoditas batu bara terpantau pada Senin (7/3) harga di ICE Newcastle ditutup di US$ 435/ton. Naik 6,87% dari hari sebelumnya dan menyentuh rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Kenaikan harga batu bara dikarenakan karena batu bara menjadi alternatif energi ketika kebutuhan gas Eropa yang berasal dari Rusia tidak bisa terpenuhi.
Tembaga
Tembaga Comex juga naik 1,31 persen menjadi US$500,20 per lb. Tembaga LME bahkan naik 3,12 persen menjadi US$10.674 per metric ton.
Aluminum
Mineral tambang jenis aluminum juga dikatakan mengalami kenaikan harga yaitu yaitu sebesar 3,57 persen menjadi US$3.849 per metric ton.
Emas
Komoditas tambang berupa emas juga terpantau terus mengalami kenaikan harga imbas konflik Rusia-Ukraina. Lonjakan harga emas ditopang oleh meroketnya harga minyak mentah dunia.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksikan harga emas spot selama Maret bisa mencapai US$2.150 per troy ons, naik dari posisinya di US$1.988 per troy ons ketika hari Senin (7/3).
Sedangkan untuk harga emas Antam, ia memproyeksikan masih akan terus melambung dari posisi saat ini di Rp1,01 juta per gram menuju level Rp1,15 juta per gram selama bulan Maret ini.
Pengaruhnya terhadap Indonesia?
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengungkap bahwa penerimaan negara dari sektor pertambangan mineral dan batubara (minerba) mencapai Rp124,4 triliun di 2021.
Rekor pencapaian ini dikarenakan terus meningkatnya harga komoditas pertambangan seperti batu bara yang kemudian bisa memberikan kontribusi besar ke penerimaan negara.
“Ini adalah penerimaan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir,” katanya dalam acara Peluncuran SIMBARA dan Penandatanganan MoU Sistem Terintegrasi dari Kegiatan Usaha Hulu Migas, Selasa (8/3).
Terlebih, saat ini di Indonesia masih menjadi produsen salah satu komoditas pertambangan yang harganya sedang naik daun itu yati nikel dengan produksi 1 juta ton pada 2021. Indonesia juga telah menghentikan ekspor bijih nikel mentah dan hana mengekspor nikel dalam bentuk olahan seperti feronikel dan nickel pig iron.
Dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey menyatakan bahwa stok nikel di gudang terdaftar di LME telah turun hampir 70 persen sejak April 2021 tahun lalu menjadi 83.824 ton.
Dan untuk komoditas batu bara, Indonesia mempunyai target produksi 663 juta ton. Selain itu, Indonesia juga menjadi eksportir terbesar batu bara termal di dunia. Indonesia, baik di pasar nickel maupun pasar batu bara tentunya bisa mengambil peluang sebagai eksportir mineral global. Tetapi dengan syarat pasokan dalam negeri harus terpenuhi.