Dari sekian banyak komoditi ekspor Indonesia dari mulai baju hingga sayur-sayuran, Porang turut menjadi salah satunya. Mungkin banyak yang masih belum mengenal Porang meski ia sudah diekspor ke berbagai negara di luar Indonesia. Namun sebenarnya Porang termasuk dalam jenis umbi-umbi juga seperti layaknya kentang. Maka dari itu, ketahui yuk fakta menarik dari Porang, talas-talasan asal Indonesia yang menjadi andalan baru di komoditas ekspor Tanah Air.
1. Serupa dengan Suweg Namun Tak Sama
Tampilan fisik Porang mirip dengan umbi-umbian Suweg atau Iles-iles yang biasa dikenal orang Jawa sebelum tahun 70-an.
Suweg biasanya berbentuk bulat dengan akar rambut di luar dan mempunyai bunga seperti bunga bangkai. Perbedaannya dengan Porang hanya terletak pada warna umbi. Jika Suweg berwarna kuning oranye dan Iles berawan putih, maka Porang berwarna kuning muda.
2. Pernah Eksis di Jaman Dahulu
Melansir dari Kompas.com, Porang sempat naik daun dan menjadi makan orang Indonesia sejak tahun 1942 kala Jepang masih berkedudukan di Indonesia. Bahkan Jepang juga turut menjadikan Porang sebagai logistik dan makanan selama berperang.
Kemudian popularitas Porang menguap begitu saja meski pernah booming lagi di tahun 80-an dan mulai ditanami di hutan-hutan di Jawa tengah dan Jawa Timur.
3. Zat dalam Porang yang Bermanfaat
Sayang, porang makin jarang dilirik oleh masyarakat kita sebelum terkenal menjadi komoditi ekspor. Karena ketika direbus dan dimakan akan menimbulkan gatal di mulut. Padahal porang yang mengandung banyak zat bermanfaat lainnya see you karbohidrat, lemak, protein, mineral vitamin dan serat pangan.
4. Bahan Utama Beras Shirataki Jepang
Karbohidrat pada Porang lah yang menyebabkan ia unggul karena terdiri dari pati, glukomannan, serat kasar dan gula reduksi. Glukomanan ini bisa dimanfaat oleh industri. Salah satunya dijadikan Beras Shirataki oleh Jepang yang mengimpor Porang dari Indonesia. Dapat pula jadi bahan campuran ke produk roti, es krim, permen jeli hingga selai.
5. Bisa Juga untuk Industri Kimia dan Farmasi
Tidak hanya itu, glukomanan juga bisa dimanfaatkan industri kimia dan farmasi. Dijadikan bahan pelapis (coating dan edible film) bahan perekat seperti lem dan cat, bahan pembuatan kertas tipis, penguat tenunan dalam industri tekstil. Bahkan di dunia farmasi, Porang juga dimanfaatkan sebagai bahan pengisi dan pengikat obat berbentuk tablet.
6. Banyak yang Untung dari Menanam Porang
Satu hektar lahan yang ditanami Porang bisa menghasilkan 15-20 ton Porang. Bahkan ada cerita beberapa petani menghasilkan 40 juta di panen Porang di musim pertama. Di musim panen kedua, harga Porang bahkan bisa lebih tinggi lagi.
7. Telah Diekspor ke Berbagai Negara
Fakta menarik Porang yang tidak kalah membanggakan ialah ia telah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia. Pada tahun 2016 hingga ke 2019, di situlah angka ekspor Porang selalu mengalami kenaikan.
Ekspor porang tertinggi ada pada tahun 2018 yakni sebanyak 254 ton dan nilai ekspornya mencapai Rp. 11,31 miliar. Kini Porang disebut-sebut sebagai komoditas ekspor unggulan Indonesia selain beras.