Kita ketahui bersama, kemerdekaan Indonesia terjadi bukan hanya dilakukan oleh satu golongan saja. Mulai dari keturunan Arab, Tionghoa, Eropa, agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu, suku Melayu, Sunda, Jawa, Bugis, Batak, Dayak, hingga Melanesia semua semua bersatu padu berjuang melawan penjajah, demi tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia.
Di tahun baru Imlek kali ini, Sampaijauh.com akan membahas tentang “5 Tokoh Keturunan Tionghoa yang Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia.” Siapa saja mereka? Berikut catatannya:
1. Sho Bun Seng
Seniman yang terkenal aktif dalam kelompok sandiwara Dardanela di Aceh pada masa penjajahan Belanda tahun 1920-an ini merupakan pemuda yang sangat cinta terhadap Tanah Air.
Penjajahan yang dilakukan Belanda membuat ia tergerak untuk melakukan perlawanan dengan bergabung ke dalam kelompok gerilya Letnan Kolonel Ismail Lengah pada 1926 di Padang.
Bakat sandiwara yang ia punya dipakai untuk memata-matai Pao An Tui, kelompok Tionghoa yang pro terhadap Belanda. Pasca kemerdekaan, ia pun bergabung dengan Batalyon Pagaruyung dan dilibatkan dalam menumpas pemberontakan DI/TII. Pada 1958, ia memutuskan berhenti dari dunia militer dan kembali menggeluti dunia seni.
Sho Bun Seng meninggal pada tahun 2000 di usia ke-89 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.
2. John Lie
Memiliki nama panggilan Daniel Dharma, pejuang keturunan Tionghoa satu ini merupakan perwira Angkatan Laut Republik Indonesia di masa penjajahan Jepang. Pria kelahiran Manado, 9 Maret 1911 ini di usia 17 tahun sudah berani meninggalkan kampung halamannya untuk mengenyam pendidikan militer di Jakarta.
Dengan ilmu militer yang ia dapat, John Lie berhasil menembus blokade pasukan Belanda di Sumatera. Pasukan laut yang ia pimpin selalu lolos dari bidikan musuh. Pada 1950, John Lie juga dikenal sebagai salah satu laksamana muda yang berhasil menumpaskan gerakan pecah belah Republik Maluku Selatan dan pemberontakan PRRI.
John Lie meninggal pada 28 Agustus 1988 di Jakarta. Atas jasa-jasanya tersebut, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2009 lalu.
3. Ferry Sie King Lien
Lahir dari keluarga yang mapan, pejuang kelahiran Surakarta pada 1933 ini tercatat ikut bertempur dalam pertempuran di Solo pada 1949. Bersama dengan keempat rekannya, yakni Tjiptardjie, Salamoen, Semedi, dan Soehandi, ia ditugaskan membagikan selebaran dan berbagai coretan untuk menangkal propaganda yang dilakukan Belanda serta menembaki markas pasukan musuh di malam hari secara gerilya.
Coretan Ferry Sie King Lien yang masih dikenal yaitu “Eens komt de dag dat Republik Indonesia zal herrijzen” yang memiliki arti “Suatu hari Republik Indonesia akan muncul kembali”.
Dalam gerilya tersebut, Ferry Sie King Lien bersama salah satu rekannya gugur akibat peluru yang menyasar tubuhnya. Anak dari pemilik pabrik gelas di Kartopuran, Solo tewas di usia 16 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jurug, Solo, Jawa Tengah.
4. Ong Tjong Bing
Memiliki nama lain Daya Sabdo Kasworo, ia adalah dokter yang merawat korban pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur. Setelah menempuh pendidikan sebagai dokter di tahun 1953, Ong Tjong Bing bergabung dengan militer sebagai pegawai sipil.
Selama bergelut di bidang militer, ia aktif menumpas beberapa gerakan pemberontakan seperti DI/TII, PRRI-Permesta, dan Mandala-Trikora. Ong Tjong Bing pensiun pada 1976 dengan menyandang gelar Letnan Kolonel.
5. Tjia Giok Thwam
Pria kelahiran Surabaya pada 1927 ini merupakan salah satu Pasukan 19 Corps Mahasiswa Djawa Timoer (CMDT) yang terlibat dalam pertempuran melawan Belanda sejak usia 18 tahun.
Memiliki nama lain Basuki Hidayat, perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia terus berlanjut hingga 1950. Setelah itu, ia resmi mundur dari dunia militer dengan pangkat terakhir Letnan Dua dan melanjutkan studi kedokteran di Universitas Airlangga, Surabaya.
Berkat jasa-jasanya Tjia Giok Thwam memperoleh berbagai tanda kehormatan di antaranya Satya Lencana Perang Kemerdekaan Kedua anggota Veteran RI dan Satya Lencana Peristiwa Gerakan Operasi Militer Kesatu.
Tjia Giok Thwam meninggal pada 1 Maret 1982 di usia ke 55 tahun di Malang akibat serangan jantung. Jasadnya dimakamkan di TMP Suropati, Malang, Jawa Timur.
Itulah “5 Tokoh Keturunan Tionghoa yang Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia.” Menurut Anda, siapa lagi tokoh keturunan Tionghoa yang rela berkorban demi kemerdekaan Indonesia? Silahkan beri komentar di kolom komentar.