Sobat sudah tau belum nih, perusahaan apa saja pembuat alat-alat keamanan dan pertahanan di Indonesia? Bernaung lewat kelola pemerintah, ada lima badan usaha milik negara (BUMN) yang berfokus mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Lalu apa saja 5 produk inovatif sektor pertahanan dari Indonesia?
Ikuti uraiannya di bawah ini, Sob!
Dilansir dari Pindad, kelima BUMN yang dikelola pemerintah di bidang pertahanan ialah PT. Len Industri (Persero), PT. PINDAD (Persero), PT. Dirgantara Indonesia (Persero), PT. Pal Indonesia (Persero), dan PT. DAHANA (Persero). Masing-masing perusahaan ini menghasilkan sejumlah produk inovatif di sektor pertahanan yang nggak kalah saing dari produk pertahanan di pasar global.
Koordinator bidang teknologi informasi BUMN Industri Pertahanan, Tazar Marta Kurniawan, menyebutkan nama produk-produk pertahanan buatan dalam negeri dari kelima perusahaan tersebut.
“Antara lain, Maung (Pindad), KRI Semarang (Pal Indonesia), CN 235-220 (Dirgantara Indonesia), Communication Tactical Datalink Link System/CTDLS (Len Industri) dan Bomb P Series (DAHANA),” ungkap Tazar.
Maung
Maung merupakan kendaraan taktis ringan 4X4 yang ditujukan untuk mendukung operasi pertempuran jarak dekat dan jelajah medan sulit. Dengan desain kompak, Maung bisa bermanuver dengan gesit dan andal.
Kecepatan aman Maung adalah 120 km/jam dengan jarak tempuh 800 km. Maung juga dilengkapi bracket senjata 7,26 mm, konsol senjata SS2-V4, perangkat GPS navigasi dan tracker kendaraan, serta perlengkapan lain.
KRI Semarang
Dibangun oleh PT. PAL, KRI Semarang beroperasi di perairan Indonesia dengan nakhoda dari TNI Angkatan Laut dan bermarkas di Dermarga Ujung Koarmada II Surabaya. Sebagai produk inovatif sektor pertahanan, KRI Semarang-594 memiliki spesifikasi panjang 124 meter dan lebar 21,80 meter, berat 7200 ton, serta kecepatan jelajah 14 knots. Kapal ini mampu berlayar dengan ketahanan selama 30 hari.
“Selain itu, KRI Semarang-594 dilengkapi dengan dua unit kapal Landing Craft Utilities (LCS) yang mampu mengangkut 8 unit Anoa, 28 truk, 3 unit helikopter, serta diperkuat dengan 121 anak buah kapal dan 650 prajurit,” kata Tazar.
CN235-220
Pesawat terbang keluaran PT. Dirgantara Indonesia ini tangguh untuk melakukan berbagai misi khusus, seperti Search and Rescue (SAR), pengawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut, pengawasan dan keamanan laut, dan Anti-Surface Warfare (ASuW).
Pesawat CN235-220 berdaya penuh mampu bertahan terbang lebih dari 11 jam, dengan time on station di radius 200 NM lebih dari 9 jam. CN235-220 juga digunakan dalam Anti-Submarine Warfare (ASW).
Communication Tactical Datalink Link System (CTDLS)
Sistem buatan PT. Len Industri ini berupa sistem pertahanan modern berbasis Network Centric Warfare. Ia digunakan sebagai sarana pertukaran data taktis antarunsur atau matra, yaitu unsur laut, darat, dan udara ke Pusat Komando dan Pengendalian (Puskodal).
Sistem komunikasi hasil produk inovatif sektor pertahanan ini dilengkapi fitur keamanan anti-jamming dan anti-intersep berupa pengamanan enkripsi dan frekuensi hopping berkonsep TDMA (multi participant unit).
Bom P Series
Produk Bom P Series terdiri atas bom P-100L, P-250L dan P-500L. Produk ini merupakan peledak yang didesain untuk dapat digunakan pada pesawat standar NATO maupun Rusia. Memiliki banyak keunggulan dengan kandungan lokalnya, Bom P Series besutan DAHANA ini telah digunakan oleh TNI Angkatan Udara Republik Indonesia.
Sekilas Pandang Industri Pertahanan Indonesia
Tazar yang juga menjabat Direktur Teknologi PT Len Industri, menjelaskan, pemerintah akan terus mendorong peningkatan industri pertahanan agar makin mandiri dalam memenuhi Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam). Selain itu, seiring waktu, kebutuhan Alat Utama Sistem Pertahanan juga dirasa penting untuk dapat tercukupi.
Merujuk catatan sejarah produk industri pertahanan Indonesia, Pindad atau kependekan dari Perindustrian TNI Angkatan Darat bermula dari Leger Produktie Bedrijven (LPB) milik pemerintahan kolonial Belanda.
Sebagai hasil kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, 27 Desember 1949, Belanda harus menyerahkan aset-asetnya, termasuk LPB, kepada Indonesia. Selanjutnya, LPB berubah nama menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang pengelolaannya diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD).
PSM mengalami perubahan nama beberapa kali. Pertama, menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) pada 1 Desember 1958. Pabal AD bukan sekedar memperoduksi senjata dan munisi saja namun juga peralatan milter yang lain, untuk mengurangi ketergantungan peralatan militer Indonesia pada negara lain.
Kedua, pada sekitar tahun 1962, nama Pabal AD bersalin menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad). Tahapan pengembangan di era Pindad lebih berfokus pada tujuan pembinaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan teknologi mutakhir.
Ketiga, pada awal 1972, pemerintah Indonesia melakukan penataan departemen, termasuk Departeman Pertahanan dan Keamanan (Hankam). Karena itu Pindad berubah nama menjadi Kopindad (Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat) sejak 31 Januari 1972.
Empat tahun kemudian, nama Kopindad dikembalikan menjadi Pindad. Ini sebagai realisasi Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata No. Kep/18/IV/1976 tertanggal 28 April 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Pindad berubah dari komando utama pembinaan menjadi badan pelaksana utama di lingkungan TNI-AD.
Sejak itu, Pindad diharapkan dapat mengembangkan kemampuan teknologi dan produktivitas dalam memenuhi kebutuhan logistik TNI-AD hingga kini, termasuk mengurangi ketergantungan pada luar negeri.