Sudah tahu belum, Sob, peringatan Hari Film Nasional jatuh setiap tanggal 30 Maret? Yup, untuk merayakannya, ada secuplik daftar film populer Indonesia yang tercatat mewarnai produksi karya perfilman di Tanah Air. Keberadaan karya film dan sosok karakter yang diceritakan di dalamnya memberi kesan mendalam bagi penikmat film. Beragam kandungan pesannya pun jadi hal yang tak kalah bernilai bagi kemajuan mutu penceritaan via gambar bergerak. Berikut 5 film Indonesia klasik memorable sepanjang masa. Cekidot!
Badai Pasti Berlalu (1977)
Inilah salah satu film yang menandai jejak karier emas aktor senior Christine Hakim pada era 1970 hingga 1980-an. Tokoh Siska yang diperankannya menjalani kehidupan cinta nan berliku. Hati Siska terluka oleh pacarnya sehingga membuatnya berkepribadian dingin dan kaku. Kehadiran Leo (Roy Marten), mahasiswa kedokteran, mencoba melumerkan hati Siska yang sekokoh gunung es. Berawal dari sebuah pertaruhan dengan kawan-kawannya, Leo malah jatuh cinta sungguhan.
Lika-liku cinta Siska berkembang hingga munculnya Helmy (Slamet Rahardjo) dalam kehidupan Siska. Pianis yang pernah belajar ke luar negeri tapi berlatar belakang miskin ini berwatak aneh. Helmy ialah lelaki yang akhirnya mengawini Siska tapi dengan todongan pemerasan. Usut punya usut, ayah Siska mempunyai cewek simpanan yang adalah adik Helmy sendiri.
Siska takut ibunya yang berpenyakit jantung, meninggal mendengar berita itu. Helmy tak mengawini secara resmi dan sebenarnya cukup menyiksa Siska dengan tetap melayani perempuan-perempuan kaya demi uang. Namun, di ujung kisah, Leo justru yang sungguh-sungguh mencintai Siska. Sesudah menjadi dokter, Leo mendapatkan kembali cinta Siska.
Film yang menduetkan Slamet Rahardjo dan Christine Hakim ini termasuk film terlaris kedua di Jakarta pada 1978. Data Perfin menyebut sebanyak 212.551 orang menyaksikan film ini bioskop. Berkat keberhasilan ini, Badai Pasti Berlalu dinobatkan sebagai Film Terlaris sepanjang 1978–1979 dan menggondol Piala Antemas dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1979.
Tjoet Nja’ Dhien (1988)
Film ini merupakan sebuah drama epos perjuangan tokoh perempuan pahlawan asal Aceh bernama Tjoet Nja’ Dhien. Dalam film ini, aktris Christine Hakim memerankan Tjoet Nja’ Dhien yang berperangai perkasa, tegar, sekaligus terimpit. Dia harus menggantikan suaminya, Teuku Umar (Slamet Rahardjo) menjadi panglima perang dalam melawan penjajah Hindia Belanda.
Berlatar masa Perang Aceh tahun 1873–1908, perjalanan hidup Tjoet Nja’ Dhien melalui berbagai pertempuran, mendapati dirinya dikhianati, bahkan hingga fisiknya melemah. Dhien pun terpaksa kehilangan penglihatan. Meskipun begitu, kekuatan iman Tjoet Nja’ Dhien tak pernah pupus, memantik bara api perjuangan masyarakat Aceh.
Film yang diproduksi tahun 1986 ini disutradarai oleh Eros Djarot yang adalah kakak kandung Slamet Rahardjo. Tjoet Nja’ Dhien berhasil meraih Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 1988. Di tahun itu, film ini juga menyabet tujuh trofi penghargaan untuk nominasi lain, yaitu Sutradara Terbaik, Skenario Terbaik, Cerita Asli untuk Film, Tata Musik Terbaik, Tata Fotografi Terbaik, Film Unggulan Terlaris, dan Pemeran Utama Wanita Terbaik berkat penampilan akting gemilang Christine Hakim.
Bagi Sobat yang belum menonton film ini, coba simak cuplikan video iklan salah satu bank swasta ini. Di situ, terdapat parodi akting Christine Hakim dari sejumlah film yang dia bintangi, termasuk adegan dalam Tjoet Nja’ Dhien. Bisa tebak nggak di bagian mana?
Lewat Djam Malam (1954)
Balik ke tahun lawas banget sebentar ya, Sob. Salah satu dari 5 film Indonesia klasik dan memorable sepanjang masa adalah Lewat Djam Malam diproduksi pada 1955. Ini merupakan film klasik bertema perjuangan dan sosial-politik yang menancapkan diri sebagai karya anak bangsa yang brilian.
Berkisah tentang seorang bekas pejuang bernama Iskandar (diperankan oleh AN Alcaff) yang kembali ke kehidupan masyarakat. Merasa terasing, Iskandar menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Namun, dia masih dihantui pembunuhan yang dilakukannya terhadap seorang perempuan dan keluarganya atas perintah komandannya di masa perang. Atas saran pacarnya, Norma (Netty Herawati), ia dimasukkan kerja ke kantor gubernuran. Namun, Iskandar tidak betah dan malah cekcok. Dengan kawan lamanya, Gafar (Awaludin), yang sudah jadi pemborong, ia juga tak merasa cocok.
Dalam pergumulan sikap kritisnya yang bentrok tak selaras antara idealismenya dan situasi mutakhir, kemarahan Iskandar meledak dalam sekali rentetan adegan. Ia lari dari pesta yang diadakan pacarnya untuk dirinya dan pergi mencari Gunawan dengan ditemani Puja, bekas anak buahnya yang jadi centeng sebuah rumah bordil.
Ia tak sengaja bertemu dengan seorang penghuni rumah bordil bernama Laila, pelacur yang memimpikan kedamaian sebuah rumah tangga yang tak kunjung datang. Lalu Iskandar pulang ke pesta, tapi ia melihat polisi datang. Ia curiga dirinya dicari-cari. Maka lari lagilah ia sampai terkena tembakan Polisi Militer, karena melanggar peraturan dengan melewati batas jam malam. Padahal dalam pelarian itu ia hendak menghampiri kembali kekasihnya (Netty Herawati), satu-satunya orang yang mau mengerti dirinya.
Lewat Djam Malam diproduseri oleh Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik, dua tokoh perfilman yang merintis perkembangan awal film nasional modern, baik dari segi cerita maupun usaha produksi. Lewat film ini, Usmar Ismail terpilih sebagai sutradara unggulan dalam ajang Asian Film Festival 1955.
Dalam penyelenggaraan FFI Pertama pada tahun 1955, Lewat Djam Malam menunjukkan kualitas abadi film Indonesia yang kala itu masih menggunakan seluloid dan hitam-putih. FFI menganugerahi Asrul Sani sebagai penulis skenario terbaik dengan titel “Catatan Istimewa untuk Dialog”. Sederet penghargaan FFI tahun itu juga diraih Lewat Djam Malam, yaitu Pemeran Utama Wanita Terbaik (Dhalia), Pemeran Utama Pria Terbaik (AN Alcaff), Pemeran Pembantu Pria Terbaik (Bambang Hermanto dan Awaludin), dan sebagai Film Terbaik.
Awal Desember 2022 lalu, gagasan kisah film ini dialihwahanakan ke dalam pertunjukan teater musikal lintas media oleh Teater Garasi/Garasi Performance Institute. Berkolaborasi dengan Kawankawan Media dan sebuah perusahaan operator layanan telepon seluler, kisahnya bertajuk Setelah Lewat Djam Malam. Sejumlah penonton dan penggemar seni teater mengapresiasi hangat karya pementasan ini.
Pengabdi Setan (1980)
Sobat masih ingat dengan film horor Pengabdi Setan yang disutradarai Joko Anwar?
Nah, Joko Anwar terdorong me-remake kisah cerita dari film berjudul sama yang disutradarai Sisworo Gautama Putra dan diproduksi tahun 1980. Karena tergila-gila dengan film horor rujukan atau asalinya ini, Joko sampai membikin film Pengabdi Setan (atau Satan’s Slave dalam edisi internasionalnya) dalam 2 jilid (2017 dan 2022).
Kamu sudah pernah nonton film Pengabdi Setan asali yang jadi inspirasinya belum, Sob?
Pengabdi Setan ini tayang di bioskop-bioskop lokal Tanah Air pada era 80’-an. Film ini sudah direstorasi dan lolos sensor pada 21 Maret 2018 dengan durasi menjadi 92 menit, untuk 17 tahun ke atas. Ia pernah diputar dalam Vintage Film Festival. Namun, film ini sepertinya belum masuk di kanal menonton streaming daring over-the-top (OTT).
Cerita Pengabdi Setan berpusat di kehidupan sebuah keluarga. Sejak istrinya meninggal, Munarto dan kedua anaknya, Rita dan Tommy, cukup terguncang. Lebih-lebih Tommy. Atas saran temannya ia lalu datang ke peramal, yang meramalkan kehancuran keluarganya. Sesuai saran peramal tadi, Tommy lalu belajar ilmu hitam lewat buku-buku.
Tommy dan Rita curiga pada Darmina, pembantu rumah yang baru direkrut. Suatu malam Tommy mengikuti kepergian Darmina. Ternyata ia sedang berusaha membangkitkan jasad ibunya. Munarto tak percaya akan cerita anaknya. Darmina sendiri mulai curiga dan karena ia memang bermaksud menguasai harta tuannya, ia mulai melancarkan serangan habis-habisan lewat mayat-mayat hidup. Sebagaimana corak film-film Indonesia bermuatan religius masa itu, Pengabdi Setan menonjolkan sosok ulama yang berhasil memberi pertolongan dan mengalahkan kekuatan gaib si pengabdi setan.
Film-film komedi Warkop DKI
Di jajaran 5 film Indonesia klasik, ada juga film komedi memorable yang akan terkenang sepanjang masa perfilman Tanah Air. Karakter trio lawak Indonesia sepanjang masa Dono, Kasino, dan Indro (DKI) telah melegenda. Dari puluhan judul film komedi Warkop DKI, sedikitnya ada tiga film mereka yang boleh banget kamu tonton. Sekadar pelepas penat ataupun penghibur sedih, ya, Sob.
Pintar Pintar Bodoh (1980)
Salah satu adegan memorable film ini saat Dono dan Kasino mengamen. Nyanyian Kasino menggelikan banget, tahu nggak Sob judul lagunya apa?
Pintar Pintar Bodoh menjadi salah satu film Indonesia paling laku. Melansir CNN Indonesia, film yang dirilis pada 1980 ini tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai film terlaris.
Gengsi Dong (1980)
Judul ini merupakan film kedua Warkop DKI yang dirilis tahun 1980 silam. Dono, Kasino, dan Indro dikisahkan sebagai tiga mahasiswa di kampus yang sama. Mereka menyukai seorang perempuan bernama Rita (diperankan penyanyi dangdut Camelia Malik).
Kalau kamu masih ingat dengan meme Kasino yang bilang anak orang kaya suka tengil beberapa minggu lalu, nah, versi lengkapnya ada dalam film Gengsi Dong. Ketika berbincang dengan teman-temannya, Kasino yang berperan sebagai Sanwani membicarakan perilaku anak orang kaya.
“Memang begitu anak orang kaya, lagunya suka tengil kayak duit bapaknya halal aja,” begitu kata Kasino dalam cuplikan dialognya.
Ucapan Kasino itu viral sebagai meme di media sosial karena relevan dengan pesan moral terkait kasus kekerasan dilakukan Mario Dandy terhadap David Ozora, Februari lalu.
Chips (1982)
Chips ini ada kepanjangannya, lho, Sob, yaitu Cara Hebat Ikut Penanggulangan masalah Sosial.
He-he-he. Ceritanya, tiga karakter polisi lalu lintas berpatroli di jalanan ibukota. Ada bermacam kejadian mereka jumpai. Tentu banyak yang kocak dan mengocok perut. Ada-ada saja memang, warkop DKI!
Chips menjadi salah satu epigram bagi karya remake film DKI yang terbaru. Diproduksi pada 2016, lahirlah film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1. Film komedi ini disutradarai oleh Anggy Umbara di bawah naungan rumah produksi Falcon Pictures.
Nah, itu Sob, 5 film Indonesia klasik memorable sepanjang masa. Mudah-mudahan bisa jadi daftar film tontonanmu. Selamat Hari Film Nasional, Sobat!