Belakangan ini lagi dihebohkan dari pengakuan seorang mantan karyawan Google bernama Praveen Seshadri yang menuturkan bahwa adanya budaya toxic di kantor Google. Hal tersebut ia curahkan melalui tulisan di blog medium dengan tagline ‘What ails Google’.
Tulisan tersebut sontak cukup menyita perhatian warganet, nih, Sob. Pasalnya Praveen Seshadri juga menuliskan empat poin masalah pada budaya Google, yaitu tidak ada misi, tidak ada urgensi, delusional, serta kesalahan tata kelola (mismanagement).
Toxic Bukan Lingkungan yang Sehat
Belajar dari Google, toxic merupakan hubungan yang tidak sehat, Sob. Apalagi lingkungan toxic ini berada di tempat kerja sendiri. Sebagaimana pengertiannya, toxic adalah istilah yang ditujukan untuk seseorang yang “beracun”, yaitu sifat pribadi seseorang yang suka menyusahkan dan memberikan dampak negatif kepada orang sekitar.
Dampak berada di lingkaran orang-orang toxic sendiri sangat tidak baik bagi keadaan mental maupun keadaan fisik seseorang, loh. Maka dari itu Sobat perlu kenali 3 tanda utama lingkungan kerja yang toxic. Simak dengan baik, ya!
1. Jam Kerja yang Melebihi Ketentuan
Dalam sehari biasanya waktu bekerja berkisar sekitar delapan jam, kecuali kalau ada ketentuan yang jelas dalam persyaratan kerja yang disepakati atau sedang ada pekerjaan tertentu. Akan tetapi banyak penelitian yang menyebutkan kebanyakan orang yang bekerja lebih dari ketentuan tertentu akan cenderung menderita depresi.
2. Rasa Cemas Seharian Bekerja
Berikutnya tanda lingkungan kerjamu toxic adalah ketika bekerja, Sobat akan dipenuhi dengan rasa cemas yang bisa ditimbulkan dari stres dan kekhawatiran yang berlebihan.
3. Beban Kerja Lebih dari Kapasitas
Beban kerja yang melebih kapasitas atau nggak realistis juga bisa jadi tanda-tanda bahwa kamu dikelilingi oleh lingkungan kerja yang toxic, Sob. Karena akibatnya akan memicu rasa kecemasan dan frustrasi tingkat tinggi.
Nah, sekarang bagaimana cara mengatasinya kalau sudah terjebak di lingkungan yang toxic ya, Sob?
1. Identifikasi Perilaku Toxic
Seperti halnya Praveen Seshadri yang mengidentifikasi perilaku toxic di lingkungan mantan kantornya, Google, Sobat juga perlu nih memahami perilaku budaya kerja yang dianggap bermasalah.
Karena setiap perusahaan memiliki kondisi yang berbeda-beda, maka cara umumnya kamu bisa melihat lingkungan dengan kritis dan identifikasi dari hal-hal umum terlebih dahulu. Kalau tanda-tandanya semakin kelihatan sebaiknya Sobat segera untuk mengambil tindakan pembenahan.
2. Evaluasi Akar Masalah
Lingkungan kerja yang kurang nyaman, nggak mungkin datang secara tiba-tiba kan, Sob? Pasti ada hal-hal pendukungnya, untuk itu apabila sudah teridentifikasi adanya toxic di lingkungan kantormu, maka segera mengevaluasi akar permasalahan tersebut, agar tidak semakin membuat kacau.
3. Buat Strategi Perbaikan
Setelah mengevaluasi akar permasalahan dari lingkungan kerjamu, barulah masuk untuk membuat strategi perbaikan. Ketika sedang menyusun strategi ini hendaknya lakukan secara bertahap dengan skala prioritas yang ada.
Agar lebih mudah, coba mulailah menyusun strategi dari yang memiliki dampak paling besar terlebih dahulu, dengan harapan masalah kecil bisa membaik sendirinya.
4. Evaluasi Strategi Perubahan
Setelah menyusun strategi perbaikan lihat beberapa bulan ke depan, apakah rencana yang sudah kamu berjalan dengan baik dan menghasilkan suatu perubahan atau tidak? Hal ini berguna sebagai bagian dari evaluasi strategi perubahan.
Selama proses evaluasi ini bisa juga Sobat melibatkan pihak ketiga seperti konsultan atau lainnya agar dapat dilihat sisi perspektif yang lebih objektif dan menghasilkan input positif.
Setelah mengetahui tanda utama lingkungan kerja yang toxic dan cara penanganannya, apakah Sobat menemukan ciri-ciri tersebut di kantormu?