Dalam pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19 di Indonesia tampaknya memberikan dampak positif pada perusahaan berbasis internet dan segala macamnnya, atau disebut juga dengan (Internet of thing/loT). Mengenai performa yang baik dari produk-produk berbasis IoT di Indonesia tentu tidak terlepas dari tiga faktor utama.
Adapun faktor-faktor tersebut, yakni pertama, peningkatan peta cakupan (coverage) internet 4G di Tanah Air. Menurut Kepala Eksekutif Fox Logger Alamsyah Cheung, perusahaannya sempat terkendala karena imbas dari pandemi. Mekipun demikian, berdasarkan grafik perkembangan terhadap penjualan produk-produk terserbut terus meningkat. Terutama pada tiga tahun ke belakang ini.
Selain itu ada faktor lain, yakni karena memang IoT di Indonesia masih terbilang baru dan masih berada di tahap awal. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, faktor pertama performa baik pada perusahaan IoT di Indonesia adalah dipengaruhi oleh meningkatnya peta cakupan (coverage) internet 4G di Indonesia. Nantinya berbagai produk dari IoT akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan luas dan cepatnya koneksi internet untuk di satu wilayah.
Faktor yang pertama adalah dipengaruhi oleh meningkatnya peta cakupan (coverage) internet 4G di Indonesia. Nantinya berbagai produk dari IoT akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan luas dan cepatnya koneksi internet untuk di satu wilayah.
Tidak langsung sekaligus, perbaikan terhadap penjualan berbagai produk ini terus sejalan seiring dengan mobilias masyarakat yang semakin meningkat.
“Tertuma di Indonesia, potensinya semakin besar karena semenjak tahun 2021 sudah mulai mengadopsi internet 5G. Dibangun di atas jaringan nirkabel 4G, teknologi generasi kelima ini menghadirkan teknologi baru dan frekuensi radio yang lebih luas,” ujarnya.
Selanjutnya, faktor yang kedua adalah e-commers di Tanah Air semakin bertambah. Dengan tumbunya digital marketplace di Indonesia tentu akan sangat mendukung distribusi berbagai macam produk IoT kepada pengguna. Hal ini berguna baik dari individual user maupun corporate user.
Setelah itu, di faktor ketiga, tren menggunakan produk IoT semakin menjadi gaya hidup. Adapun contoh dari penerapan tersebut, yakni, misalnya, penggunaan kamera dashbpad (dash, cam) yang mana pemanfaatan produk berbasis IoT ini sangatlah vital untuk menjaga keamanan pengemudi kendaraan bermotor.
Tidak hanya itu, adapula gaya hidup lain yang sudah menjadi tren menjamur di Indonesia seperti menghidupkan dan mematikan mobil dengan hanya melalui sebuah aplikasi ponsel.
Perlu diketahui, selama ini berbagai macam jenis fitur tersebut rata-rata dominan berasal dari Eropa. Ditambah saat ini telah ditawarkan pula produsen dari negara lain seperti Korea Selatan dan China sehingga pemanfaatannya bisa menjangkau lebih luas.
Dalam hal ini, Alamsyah juga mengatakan diluar dari tiga faktor yang telah disebutkan di atas tadi, hal penting yang ia turut menjadi perhatian adalah pentingnya peran dari pemerintah guna sebagai regulayor yang mengatur industri produk berbasis IoT.
“Penertiban izin edar produk IoT harus benar-benar sesuai aturan yang berlaku. Kini, cukup banyak produk IoT yang beredar di pasaran, ternyata tidak memiliki izin postel dari Kominfo. Mengapa ini penting? Karena, produk tidak berizin memiliki tingkat kepastian layanan purnajual yang rendah dan merugikan masyarakat,” pungkasnya.