Belum lama ini terdapat penemuan besar hewan spesies endemik baru, Celurut di Sulawesi. Ya, hewan yang memiliki bentuk seperti tikus ini merupakan salah satu hewan langka yang keberadaannya sempat menghilang. Tapi, sebelum membahas spesies endemik ini, sudah pernah melihat Celurut?
Yups, Celurut termasuk hewan endemik di Indonesia yang sempat menghilang keberadaannya. Dan baru-baru ini para peneliti gabungan dari Pusat Riset Biologi Badan Riset Nasional dan Inovasi (BRIN) Indonesia bersama Lousiana State University telah menemukan 14 spesies endemik baru tikus Celurut di Sulawesi.
Hal ini merupakan penemuan terbesar yang pernah dilakukan selama kurang lebih satu dekade. Awal penelitian ini dilakukan sejak tahun 1931 silam.
Kali ini penelitian dilakukan oleh Anang S Achmadi selaku peneliti Pusat Riset Biologi (BRIN), bersama dengan ahli mamalia dari Lousiana State University (LSU) Amerika Serikat Jake Esselstyn, dan terakhir ahli mamalia dari Museum Victoria Australia Kevin C Rowe.
“Ini adalah penemuan yang menarik, (walau) terkadang membuat frustrasi,” ujar Esselstyn, selaku ahli mamalia di Museum Ilmu Pengetahuan Alam LSU dan profesor di bidang Ilmu Biologi.
Sebagai tambahan informasi, penelitian terhadap hewan endemik celurut telah dilakukan oleh ketiga peneliti tersebut dari tahun 2010. Hingga saat ini mereka memeriksa hampir 1.400 spesimen yang berada di Sulawesi.
Hewan pemakan serangga ini memiliki distribusi yang sangat luas dan mendunia. Jika dihitung, jenis Celurut yang ada di Indonesia berjumlah 21 Celurut, di mana 14 di antaranya merupakan spesies baru. Sedangkan secara global, total jenis Celurut berjumlah 461 spesies yang telah diidentifikasi.
Hal tersebut dijelaskan langsung oleh seorang peneliti mamalia dari LSU, Profesor Jake Esselstyn. Selain itu, ia juga telah menguji hipotesis secara ekologi dan evolusi mengenai keberagaman celurut di Indonesia.
Berkat penemuan terbesar ini, ia memasukkannya ke dalam jurnal dengan judul “Fourteen New, Endemic Species of Shrew (Genus Crocoidura) from Sulawesi Reveal a Spectacular ISlan Radiation” dalam bulletin of the American Museum Natural History.