Salah satu pakar teknologi lingkungan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Enri Damanhuri menyebut kemasan galon air minum isi ulang merupakan solusi penyediaan air minum yang ramah lingkungan di Indonesia.
Bukan tanpa alasan Prof. Enri Damanhuri berpendapat demikian. Pasalnya, galon air minum isi ulang bisa digunakan secara berulang-ulang dan praktis tanpa menimbulkan potensi penumpukkan sampah plastik baru yang dapat mengganggu lingkungan.
“Kalau tiba-tiba penggunaan galon isi ulang ini tidak bisa digunakan lagi, apa penggantinya? Jangan kita kembali jungkir balik lagi. Sementara kita semua sepakat untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di lingkungan, tidak lagi menggunakan single-use plastic,” ujar Prof. Enri Damanhuri melalui keterangan resmi pada Jumat (27/5/2022).
Melihat data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) selama 2021, tercatat bahwa produksi sampah Indonesia telah mencapai 68,5 juta ton. Dari total tersebut, sampah plastik paling banyak menyumbang dengan jumlah sekitar 11,6 juta ton atau 17 persen.
Sedangkan data produksi sampah plastik Nasional pada 2021 tercatat, ada beberapa tipe bahan plastik yang kerap ditemukan di TPS-TPS Indonesia, yakni Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET), dan Polycarbonate (PC) yang sebagian besar berasal dari produk air minum dalam kemasan (AMDK).
Dengan catatan tersebut, maka produk air minum kemasan menjadi polusi sampah yang sangat besar dan patut diperhatikan lebih di Tanah Air. Data serupa pun dicatat oleh lembaga riset AC Nielsen, di mana AMDK menyumbang kurang lebih 328.117 ton dari 11,6 juta ton sampah plastic sepanjang 2021.
Maka dari itu, Prof. Enri menyarankan para produsen air minum dalam kemasan di Indonesia dapat menyediakan kemasan berupa galon isi ulang, seperti di sejumlah negara-negara maju yang telah menyediakan infrastruktur air siap minum atau tap drinkable water.
Tentunya kemasan dalam bentuk galon nantinya dipertimbangkan juga ketahan, keamanan maupun keramahan terhadap lingkungan sehingga tidak menimbulkan limbah plastik yang mengancam lingkungan.
“Penting menjadi perhatian juga adalah bagaimana perlakuan kita terhadap kemasan plastik itu setelah kita konsumsi air minumnya,” tambahnya.
Sekedar informasi tambahan, jika pada 2021 sampah plastik di Indonesia pun naik dua kali lipat dibandingkan dengan data 10 tahun yang didapat. Sampah plastik tersebut mengandung mikroplastik yang bahaya jika sampai dikonsumsi manusia maupun hewan laut.
Sedangkan Greenpeace Indonesia mencatat, jika temuan mikroplastik di galon PET sekali pakai di Indonesia semakin banyak dan berpotensi cemaran mikroplastik ikut semakin tinggi.